Rabu, 18 Maret 2009

The Adventure to Misterious Island

Lima sekawan merasa bosan dengan keadaan daerahnya yang tak ada perkembangan. Semuanya sama seperti biasa. Pekerjaan sebagai nelayan dan petani tidak begitu menguntungkan daerahnya

The Adventure to Misterious Island









Tokoh dan Karakter












Lima sekawan merasa bosan dengan keadaan daerahnya yang tak ada perkembangan. Semuanya sama seperti biasa. Pekerjaan sebagai nelayan dan petani tidak begitu menguntungkan daerahnya. Lima sekawan sedang merundingkan bagaimana jalan keluar dari masalah perekonomian dan keterbelakangan perdagangan daerahnya.
“Bagaimana kalau daerah kita membuat suatu masakan khas yang semua daerah-daerah tidak memiliki bahan dasarnya?”usul Lintang.
“Menurut pendapatku, kalau masakan kahas tidak begitu diminati dan kita akan kewalahan memasarkannya.”komentar Mayang.
“Masakan khas mungkin tidak berhasil. Tapi kalau seandainya kita meneliti sesuatu yang hasilnya mungkin akan menguntungkan, bagaimana? Katanya ingin tantangan, mari kita jemput tantangan itu!”Puput memberikan usul.
“Sesuatu yang berhubungan dengan penelitian terkadang berhasil terkadang tidak.
Tapi untuk mencapai keberhasilan itu kita harus mencoba dan terus mencoba. Terus kalau misalnya berhasil kita akan melakukan apa?”sangkal Mayang
“Kita jual.”
“Tapi keuntungannya kan kecil.”
“Berarti penelitian pun tak dapat kita lakukan.”
Mereka terus berpikir dan berdiskusi. Diskusi berjalan dengan sangat seru. Banyak pendapat yang berbeda dan pertentangan-pertentangan yang bersifat membangun. Hampir saja pikiran mereka buntu. Untungnya salah satu dari mereka mengingat satu pulau yang dimana pulau itu kaya akan barang dagangannya.
“O…ya aku ingat, di negara timur ada sebuah pulau yang kaya akan barang dagangannya. Kita bisa memajukan daerah kita dengan cara berdagang. Tapi masalahnya aku belum tahu tepatnya pulau itu dimana?”usul Fidi secara tiba-tiba.
“Katamu tadi di negara timur. Ya sudah kita berlayar saja ke negara timur untuk mencari pulau itu. Ini jugakan tantangan.”kata Arina menyetujui usulan Fidi.
“Aku setuju!”teriak Mayang.
“Baiklah aku pun setuju!”ucap Lintang dan Puput hampir bersamaan. Semua berteriak setuju dengan usul yang dikemukakan oleh Fidi.
“Besok kita siapkan barang-barang yang kita butuhkan selama perjalanan!”perintah Mayang.
“Baiklah…”jawab yang lain serempak.
Lima sekawan berkumpul di tempat biasa.Semua sudah siap dengan usul-usul yang akan dikemukakan nanti. Sekarang mereka sedang menunggu waktu yang tepat untuk mulai berdiskusi karena para penduduk masih ada yang sedang bekerja. Menjelang petang keadaan mulai sepi. Saat-saat inilah yang mereka manfaatkan untuk berdiskusi.
“Yang pertama aku mau mengusulkan tentang perahu kita yang masih sangat sederhana. Kita berlayar ke sebuah pulau misterius itu pasti membutuhkan waktu yang sangat lama.”usul Lintang.
“Tapi perahu di daerah kita ukurannya sama semua. Kalau kita membuat sebuah perahu yang ukurannya lebih besar, kita membutuhkan kayu yang banyak.”jelas Mayang.
“Paling tidak kita dapat merenovasi perahu sederhana itu.”usul Lintang lagi.
“Baiklah, sekarang kita menyiapkan bekal dan barang-barang yang kita perlukan. Siapa yang sudah membawa bekal?”tanya Mayang mengganti pembicaraan.
“Aku dan yang lainnya sudah membawa. Bekal dan barang-barang sudah kami siapkan,hanya tinggal membawa.”jawab Puput.
“Tapi,apakah kita dapat meyakinkan kedua orang tua kita dan para penduduk?” tanya Puput tiba-tiba.
“Semoga saja,”jawab Arina singkat tetapi meyakinkan.
Setelah pembicaraan itu,tak ada yang memberikan usul ataupun komentar. Semuanya terdiam dan berfikir dalam kediaman.
Setelah semua barang-barang dan bekal tercukupi, mereka siap melakukan pelayaran. Sebelum berangkat mereka harus melakukan satu tugas yaitu meyakinkan kedua orang tua mereka dan para penduduk.
“Kami melakukan pelayaran ini dengan tujuan menemukan sebuah pulau,”kata Arina meyakinkan.
“Ada apa dengan pulau itu, nak?”tanya salah seorang petuah.
“Begini pak, kami ingin memajukan daerah kita. Kami mendengar,di negara Timur ada pulau yang kaya akan barang dagangannya…,”jelas Puput.
“Tapi apakah kalian sudah tahu letak pulau itu?”sela Bapak Umar selaku kepala daerah.
“Maka dari itupak, kami akan berusaha mencarinya, apakah bapak mau daerah kita tetap seperti ini?”kata Lintang.
“Kalau itu memang sudah menjadi tekad kalian, kami di sini hanya bisa mendo’akan supaya kalian bisa kembali selamat,”kata bapak Umar lagi.
Akhirnya, setelah mendapat restu dari kepala daerah, orang tua serta penduduk, mereka berangkat dengan menaiki kapal yang telah dibuat oleh para penduduk daerah.
“Sebelum kami berangkat, kami ingin berpesan kepada bapak-bapak dan ibu-ibu.
Kami ingin bapak-bapak dan ibu-ibu jangan terlalu berharap dengan perjalanan kami ini. Insyaallah perjalanan kami ini dapat membuahkan hasil, tetapi mungkin juga dapat merenggut nyawa kami satu per satu,”kata Mayang penuh wibawa.
Mereka bersiap-siap untuk berangkat. Banyak para penduduk yang memberikan bekal pada mereka.
Satu jam telah berlalu untuk berpamitan. Lalu mereka berangkat dengan melambai-lambaikan tangan mereka dan mengucurkan air mata. Pejalanan yang penuh dengan rintangan telah dimulai. Ada yang berdebar-debar, ada yang menangis, ada juga yang bahagia. Semua memiliki perasaan yang berbeda-beda.
Bayangkan, lima sekawan yang masih berstatus gadis rela berkelana, dengan meninggalkan orang tua mereka, kekasih hati mereka dan juga daerah mereka, yang sangat mereka cintai hanya untuk memajukan daerah mereka itu. Tapi memang itulah cita-cita mereka semenjak mereka masih kecil.
Di tengah samudera, lima sekawan itu menyaksikan panorama alam yang sangat menakjubkan.
Tak terasa,senja mulai menggantikan sang surya menyinari dunia.
“Lihat itu, teman-teman, matahari tenggelam dengan indahnya. Subhanallah…” ucap Fidi takjub.
“Subhanallah…Walhamdulillah..eh salah, Maha Kuasa-Nya Allah,” celetuk Mayang konyol.
“Hei,ayo semuanya makan!”ajak Lintang tiba-tiba.
“Aku mau…aku mau…,”teriak yang lainnya seraya berlarian ke arah Lintang.
Mereka makan dengan lahapnya, dan tak satupun yang melihat betapa indahnya sang surya saat tenggelam. Menjelang malam, udara semakin dingin. Sambil menghangatkan diri dengan selimut, mereka bercerita banyak hal. Saling bertukar cerita tentang misi yang mereka jalani. Setelah puas bertukar cerita, rasa kantuk tiba-tiba hadir. Semuanya terdiam.Gelap dan tidur.
Pada saat mereka tertidur lelap, ada sebuah kapal yang mendekati perahu mereka. Tiba-tiba ada sekelompok bajak laut yang masuk ke dalam perahu mereka. Lalu bajak laut tersebut mengambil bekal-bekal yang dibawa oleh lima sekawan.
Keesokan paginya, Arina marah melihat bahan makanan yang sudah lenyap tanpa sisa. Iapun memberitahukan berita itu kepada kawan-kawannya,”Teman-teman, lihat! Makanan kita hilang tak tersisa. Apakah salah satu dari kalian ada yang mengambilnya?”
“Arina!!! Kamu jangan menuduh temanmu seenaknya!”gertak Mayang.
“Aku bukannya mau menuduh. Buktinya, makanan kita hilang semua. Kalau bukan salah satu dari kita yang mengambilnya, siapa lagi? sangkal Arina terhadap tuduhan yang diberikan Mayang.
“Tapi…”
“Sudahlah, lebih baik sekarang kita memikirkan bagaimana caranya kita dapat bertahan tanpa bahan makanan.”sela Lintang.
Tidak lama kemudian…
“Teman-teman, bagaimana bila kita memancing ikan saja?”usul Puput.
“Apa? Memancing? Gak mau,ah!”elak Fidi.
Tiba-tiba ada ombak besar yang menggulung perahu mereka dan byurrr…
Arina terbangun dari pingsan yang cukup lama. Arina terbatuk-batuk dan mengeluarkan air dari mulutnya. Lalu ia membangunkan teman-temannya yang lain. Tetapi setelah mereka bangun, Lintang belum juga siuman. Mereka berusaha mengeluarkan air dari perut Lintang. Ditekannya perut Lintang keras-keras.Lalu,
“Huk…huk…,”Lintang siuman.
“Alhamdulillah,”seru yang lain.
“Kita ada dimana sekarang”? tanya Lintang sambil memandang sekelilingnya.
“Kita sendiri juga tidak tahu.”jawab Puput heran.
“Sudahlah teman-teman, tidak usah membahas itu lagi. Sekarang sudah sore, lebih baik kita mencari tempat untuk bermalam dan besok pagi kita membetulkan perahu kita!” ajak Mayang.
“Baiklah,”jawab Lintang, Fidi, Puput,dan Arina serempak.
Ditengah jalan, Puput, si serba ingin tahu, menemukan sebuah tanaman di dekat pantai yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Dia menyuruh teman-temannya untuk berhenti,
“Teman-teman, tunggu!” kata Puput mengagetkan teman-temannya.
“Ada apa sih Put, kau membikin kami kaget saja,”kata yang lain sembari memegang dada.
“Lihat! aku menemukan tanaman aneh,”
“Ih! baunya tak enak!”kata Fidi sambil menutup hidung.
“Kira-kira ini tanaman apa ya?”tanya Puput kepada diri sendiri.
“Puput, kaukan suka meneliti, harusnya kau tahu ini tanaman apa.”kata Lintang lembut.
“Baiklah kalau begitu beri aku waktu untuk mengingat-ingat nama tanaman ini,”
“Kalau begitu sekarang ambil beberapa buah, lalu kita lanjutkan mencari tempat untuk bermalam secepatnya karena hari sudah mulai gelap!”ajak Mayang sambil menarik tangan Arina.
Mereka berjalan dan terus berjalan. Tapi tak satupun dari mereka yang melihat yang bisa digunakan untuk tidur malam ini. Akhirnya mereka memilih berhenti di bawah pohon yang cukup rindang. Tiba-tiba Puput menyuruh Lintang untuk meramu tanaman aneh tadi,”Lintang,tolong ramu tanaman ini,”
“Tapi untuk apa?”
“Kalau sudah jadi aku baru akan memberi tahu kalian,”
“Baiklah,”
Setelah selesai meramu, Lintang menghampiri Puput sembari membawa ramuan tadi.
“Puput, aku sudah selesai meramu tanaman ini,”
Sambil menggigil kedinginan, Puput berkata, ”Berikan padaku cepat…”
Beberapa menit setelah Puput meminum ramuan tersebut, badan Puput terasa hangat kemudian berseru,”Teman-teman, sekarang aku tahu tanaman apa ini.”
“Tanaman apa itu,Put?”tanya Mayang ingin tahu.
“Ini adalah rempah-rempah,”
“Apa? Rempah-rempah?”sahut yang lain kaget.
“Pantas baunya tak enak,”ucap Fidi.
“Pantas bentuknya aneh,”kata Arina menyambung ucapan Fidi.
“Eh, jangan lihat luarnya dong! Asal kalian tahu ya, rempah-rempah itu bisa menghangatkan badan serta apabila dijual harganya mahal!”Puput meyakinkan teman-temannya. Semuanya terbengong-bengong tak percaya bahwa mereka menemukan barang yang bisa dijual.”Alhamdulillah…”
“Hore…kita dapat…kita dapat…”
Keesokan paginya, setelah membetulkan perahu, mereka menancapkan bendera yang berlambang Lima Sekawan tepat disebelah tanaman rempah-rempah yang memang bisa dilihat dari pantai. Kemudian, mereka membawa beberapa rempah-rempah sebagai bukti dan mengambil beberapa tanaman yang bisa dimakan dalam perjalanan pulang.
Sesampainya di tanah asal, mereka berjingkat-jingkat memasuki rumah dan tidak ada satupun yang tahu karena saat itu sudah larut malam. Hanya Orang Tua mereka yang tahu kedatangan mereka karena secara kebetulan, orang tua mereka sedang melaksanakan sholat malam demi keselamatan mereka.
Keesokan paginya, semua penduduk desa berkumpul di markas Lima Sekawan hanya untuk mendengarkan cerita Lima Sekawan berhasil mengarungi samudra dan membawa rempah-rempah.
“Baiklah bapak-bapak dan Ibu-ibu, Insyaallah besok lusa kita akan pergi kepulau itu lagi untuk mengambil rempah-rempah dan menjualnya ke negara lain. Dengan begitu daerah kita tidak akan menjadi daerah yang terbelakang,”ucap Mayang lagi-lagi berwibawa.
Sejak Lima Sekawan berhasil menemukan pulau itu,desa mereka tidak lagi miskin serta pulau misterius itu ada di bawah kekuasaan daerah mereka.

Malang,7 Maret 2005

Mayang, Lintang, Arina dkk












SUDAH JATUH TERTIMPA TANGGA
TERJEBUR PARIT TERKENA LUMPUR
Alvin, Dika Rizky, Eko, Fauzi, Febryan

Setelah munculnya teori heliosentris yaitu teori yang mengatakan bahwa bumi itu bulat dan matahari sebagai pusat tata surya. Di bumi terdengar sebuah jeritan yang sangat mengerikan,menyeramkan, menakutkan,dan penuh misteri suaranya seperti ini
”Aduh, ciauu, auuu, wacca, pryang, petok, guk-guk, grrrr, ampuuun!!!!” Lalu disambut dengan suara yang tidak enak untuk didengar
”Dasar manusia bodoh, tidak tahu diri, kurang ajar, tidak berperi kemanusiaan, keji, licik, mata duitan, pemalas, stupid, pusiiiii…ng!!!”
”Back my guci, kembalikan guci mahalku, duaasaar anak tak tahu diri!!”Sambutan yang mengesankan datang dari ibunya.
Keesokan harinya ibunya sakit keras karena memikirkan guci paling mahal dan paling langka dirumahnya yang telah dipecahkan berkeping-keping oleh anaknya yaitu Alfonso dan Ekoardo. Karena merasa bersalah Alfonso dan Ekoardo pergi untuk mencari guci pengganti
”Kak, kasihan mami, ayo kita pergi keluar cari guci yang baru”usul Ekoardo
”Ayo.dik” jawab Alfonso. Mereka pergi naik kereta kuda mewah milik ayahnya.Tiba-tiba “tass”, ”Kak talinya putus!”teriak Ekoardo
“Iya, udah waktunya talinya putus tapi gimana nih?”Kata Alfonso
Akhirnya kuda berlari kencang dan kereta yang dinaiki oleh Alfonso dan Ekoardo berjalan sendiri menuju seseorang
“Awas, nanti kamu ketabrak””Tolong help aku mau nabrak kamu” Teriak Alfonso dan Ekoardo bersautan dengan panik. Tetapi…
“Bruaakkk, krompyang, bludak..pyaarrr”
“Uhuek...huek, huek, huek, huek, hueee…k!”seorang pemilik kapal restoran spageti yang bernama Febriano,dia menjadi korban tabrakan kereta kuda.
“Sorry, nggak sengaja” kata Alfonso
“Ngak papa cuma keselek pentol spageti saja”jawab Febriano
“Kalo begitu maaf banget, talinya sih pake’ lepas segala, oh ya namaku Alfonso dan ini adikku Ekoardo” kata Alfonso sambil berkenalan
“Oke namaku Febriano” jawab Febriano. Lalu tiba-tiba tak ada angin tak ada air tak ada apa-apa tapi…..
“Ooi, loe dah rusakin kapal terbesar di daerah ini, itu kapalku tau’, kalian harus ngganti kapal gua”, omel Febriano setelah sadar akan apa yang terjadi.
“Tenang saja, uang itu kecill, kalo’ nggak salah kamu mau muter-muter dunia kan jadi aku mau ikut.”jawab Alfonso
“Nggak masalah, asal kamu harus ganti rugi kapalku kalo’ nggak kita pergi naik apa?”kata Febriano kegirangan karena akan dapat uang
“Udah tak bilangin soal uang itu gampang, dasar mata duitan !!”kata Alfonso.
Akhirnya, satu minggu kemudian mereka dan rombongan berangkat untuk berpetualang dan muter-muter dunia.
Saat mereka kelelahan mereka singgah di dekat Mesir. Saat mereka turun dari kapal mereka langsung disambut oleh seorang panglima. Panglima ini telah terkenal di negeri tempat Alfonso dan rombongannya tinggal yaitu negeri Portugal. Panglima ini diutus oleh ratu Cleopatra untuk menyambut raombongan pedagang terpandang di negeri Portugal. Cleopatra tahu karena dia ahli dalam bidang ramal-meramal.
“Hallo, Fauzan selamat pagi”sapa Alfonso
“Selamat pagi juga.kalian semua bawa barang dagangan .apa kalian mau berdagang?”jawab Fauzan, seorang panglima Mesir
“Ya, kami mau berdagang, aku ingin cari guci-guci disini ada nggak”Kata Ekoardo
“Mungkin ada udah semuanya langsung saja kekota disana pusat perdaganggan di negeri ini” jawab Fauzan
Saat dikota Alfonso, Ekoardo, Febriano,dan Fauzan bersama-sama mencari guci yang antik.
‘Gimana nih gucinya belon ketemu-temu”kata Fauzan
“Udah tau yang dicari guci antik jelas susah dong”jawab Ekoardo
Tak terasa mereka sudah mencari guci hingga perbatasan Mesir, jelas itu sudah sangat jauh sekali. Hari sudah malam mereka mencari sebuah penginapan. Dan akhirnya mereka menemukan sebuah pondok dipinggir padang pasir yang sangat luas sekali. Pagi harinya mereka kembali mencari guci yang antik tersebut. Tanpa berbekal peta mereka telah berjalan sangat jauh kedaerah sekitar Asia Tengah. Di sana mereka bertemu suku Bar-bar, untung saja mereka tidak membawa barang dagangan karena jika membawa barang dagangan jelas barang tersebut akan dirampas oleh suku Bar-bar. Tetapi Febriano membawa kerdus-kerdus berisi spageti miliknya.
“Dasar, Barok-Barok kagak tau sopan santun udah nylonong ngambil barang ngak bayar lagi tunggu kalian gua kepret mencetet loe…!” Kata Febriano karena barang-barangnya terutama spagetinya dirampas oleh suku bar-bar.
“Bak..bik..buk…bek..bok..toeng..,ampuun, tooolong” akhirnya Febriano muncul dengan wajah yang sangat babak beloer
“Udah deh jangan macem-macem jelas mereka kelompok perampok masih aja kamu lawan” kata Fauzan menasehati.
Saat mereka istirahat disebuah gua yang berada di tengah padang pasir mereka kelaparan. Saat mereka mengeluh kelaparan mereka melihat seekor ular yang sangat besar, sebesar pohon kelapa panjangnya menyamai tingginya pohon kelapa. Melihat itu mereka mengambil senjatanya masing-masing yaitu Fauzan dengan pedangnya, Alfonso dengan pistolnya dan Ekoardo dengan sebongkah batu sedangkan Febriano satu gerpu besar dua pisau daging dan sati pasang sumpit. Dengan senjata itu mereka menyerang ular yang besar itu
“Prang-pring, trang, tring, jrot, jruot,j ebrot, brak”. Tanpa belas kasihan mereka segera membakar daging ular itu untuk menyantapnya.Tiba-tiba saja seorang pengawal dari cina datang
“Tooolooong, rombongan gua diserang sama orang Bar-bar” teriak minta tolong pengawal orang cina tersebut. Tanpa pikir panjang Alfonso dan kawan-kawan langsung menuju TKP dan segera membantu orang-orang cina untuk mengalahkan orang-orang Bar-bar dengan senjata yang digunakan saat melawan ular besar. Dan jelas pemenangnya adalah raja Cina dan Alfonsa beserta rombongan.
Lalu Alfonso dan kawan-kawan diajak kekerajaan Cina tersebut. Setelah sampai di Cina, mereka diberi sambutan dan layanan yang sangat memuaskan. Saat di istana mereka melihat sebuah guci yang sangat besar dengan motif yang sama seperti motif guci milik ibunya yang terdahulu yang telah dipecahkan oleh Alfonso. Tanpa pikir panjang mereka meminta raja Cang e untuk memberikan guci tersebut tetapi apa yang terjadi.
“Raja Cang e yang terhormat kami minta agar guci yang besar itu anda berikan kepada kami karena kami hanya ingin guci itu” mohon Alfonso
“Apaaa, kalian ingin guci yang sangat besar ini?Teriak raja Cang e
“Ya raja Cang ee”Jawab Ekoardo
“Pengawal berikan mereka guci ini sebagai tanda terimakasih negeri kita atas keberanian mereka semua!”Kata raja Cang ee
Akhirnya mereka diberi sebuah guci yang besar oleh raja Cang ee. Mereka pulang melalui arah timur dengan begitu mereka pulang dari arah barat dan itu merupakan bukti bahwa bumi itu bulat.
Saat mereka sampai di negri Portugal. Alfonso dan Ekoardo membawa guci itu pulang ke rumahnya. Tetapi ternyata mamanya telah tinggal nama saja. Mereka sangat menyesal karena telah meninggalkan rumah selama 2,5 tahun. Setelah mereka menyesali kesalahannya mereka menemukan sebuah surat yang ditinggalkan oleh ibunya untuk Alfonso dan Ekoardo dan hanya ini yang tersisa dari peninggalan ibunya yang telah mereka tinggalkan.
“Alfonso dan ekoardo mungkin kalian membaca surat ini setelah aku sudah tidak ada, jika kalian sudah menemukan guci itu tolong jagalah guci itu sebaik-baiknya jika kalian tidak dapatkan guci penggantinya jangan pernah menyerah untuk mencari guci itu, karena guci itu akan membuat kamu menjadi beruntung dalam hidup. Mungkin hanya ini yang bisa mama sampaikan janga bersedih anaku”.




MY ADVENTURE

Cerita ini berawal dari sekelompok sahabat . Suatu hari mereka berangkat ke perpustakaan dekat desa . Di saat mereka membaca , salah satu dari anak-anak itu yaitu Iren menemukan sebuah artikel yang menarik. Artikel itu berisi tentang pelayaran seseorang yang diakhir dengan menemukan sebuah daerah baru. Karena mereka tetarik dengan artikel fakta itu akhirnya mereka mempunyai gagasan . Dan pada saat itu juga ada salah satu dari mereka, yaitu Ain, ingin menyampaikannya pada orang tuanya, dan mereka semua setuju. Akhirnya malam itu mereka semua yaitu Iren, Vi, Fachry, Dilla, dan Ain berbicara pada orang tuanya. Beberapa orang tua dari mereka ada yang tidak mengijinkan, yaitu orang tua Ain dan Dilla. Tetapi keesokan harinya orang tua Vi , Fachry , dan Iren pergi ke rumah Ain dan Dil la untuk memintakan ijin , karena hal itu orang tua Ain dan Dilla mengijinkan .
Akhirnya hari Minggu pagi mereka berangkat , mereka berangkat menggunakan kapal buatan ayah Iren. Tetapi sayangnya ayah Iren ikut jadi mereka merasa tidak terlalu bebas. Sebenarnya ayah Iren ikut untuk menjaga mereka dan juga menikmati liburan kali ini. Di tengah perjalanan terjadi badai, untungnya kapal rancangan ayah Iren cukup canggih, jadi mereka dapat melaluinya dengan lancar. Setelah beberapa hari di laut mereka menemukan sebuah pulau karena mereka sudah bosan di kapal mereka ingin turun untuk jalan-jalan di pulau itu. Pada saat mereka akan merapat ke pulau itu tiba-tiba pulau itu mengeluarkan asap , karena Vi agak tahu tentang Geografi, Vi langsung mengajak menjauh dari pulau itu. Dalam perjalanan mereka semua bingung karena pulau tadi mengeluarkan asap, akhirnya Vi menjelaskan bahwa sebenarnya pulau itu gunung berapi di tengah laut yang akan meletus. Setelah mereka mengerti rasa penasaran itu sudah mulai hilang.
Tidak berasa mereka sudah satu minggu di samudra tetapi belum juga menemukan satu daratanpun, pada saat mereka hampir putus asa pandangan mereka tertutup asap tebal dan sepertinya ada sebuah daratan dibalik asap itu. Setelah asap tebal itu hilang ternyata daratan itu hanya imajinasi mereka. Tidak lama setelah itu terjadi badai , badai kali ini sudah sulit dilalui akhirnya kapal mereka terdampar di pesisir pantai. Setelah sadar mereka mencari teman yang lain. Vi dan Fachry berada dipesisir barat, ayah Iren dan Dilla dipesisir utara , sedangkan Iren dan Ain di pesisr selatan. Vi, Fachry, ayah Iren, Dilla, Iren ,dan Ain berjalan ke arah pesisir timur. Akhirnya mereka bertemu di pesisir timur . Akhirnya salah satu dari mereka yaitu Fachry sadar apabila, secara tidak sengaja mereaka telah menemukan pulu yang lumayan luas . Kemudian mereka menamakan pulau itu pulau Beatutiful Land , karena pada waktu mereka berjalan menuju pesisir timur pemandangannya indah dan menarik. Setelah puas mereka kembali ke desa , sesampai di desa mereka mendapat respon bermacam-macam dari masyarakat. Dan juga dalam perjalanan pulang mereka juga menghadapi beberapa kejadian yang menarik, tetapi tidak terlalu menegangkan.





THIS IS AN ADVENTURE
ANISA NUR, FARAH, FIRLY, ILMANIA

Ini adalah sebuah cerita tentang empat bersaudara. Saudara tertua bernama Nisa’, she is kakak terbaik sedunia. Walau kadang aja ia galak. Kalo udah marah... wajahnya… kaya’ “DRAKULA MENCARI MANGSA!!!”. Yang nomer dua namanya Farah, tapi biasa dipanggil “Kak Ara”. Dia adalah sosok yang baik, ramah, banyak ide, cakep lagi. Now, yang nomer tiga, inilah dia… Firly! Tapi panggil aja “Phier”, because kalo dipanggil dengan sebutan Firly, pasti tu orang jawab : “Firly dah mati!” soalnya, ada satu lagi orang yang namanya Firly. Tu orang dah item, jarang mandi, so pasti baunya. Maka dari itu, Firly ga’ mau dipanggil dengan sebutan Firly. Ni orang paling disiplin in the family. Pernah dia janjian sama tetangga sebelah. Tu manusia datang ke tempat janjian satu jam lebih awal! Nah ini dia anak paling kecil. Namenya Ilma. Panggil aja “IL” jangan sampe manggil dengan sebutan “MA”. Bisa langsung mati dibacok dah dirimu. Untuk anak yang atu ini susah didiskripsikan sifatnya. So, sorry aja…
Mereka tinggal di sebuah pulau yang bernama Pulau “Seven Hmm…”. Di pulau ini, mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan alias orang yang suka nyari ikan. Sebab, di pulau ini tanahnya tidak bisa dipake buat nggarap sawah or ladang. So, kami jarang makan sayur. Jadi kurang gizi deh.
Suatu hari…
“Eh Phier, tolong buatin lubang sampah dong di halaman belakang. Please…” pinta Ara.
“Okey my sister…” jawab Phier.
“Tumben you mau disuruh-suruh” komentar Ara.
“Gak jadi deh kalo gitu” timpal Phier.
“Waduh… gitu aja marah. Bercanda gitu loh!” kata Ara kemudian.
“Sama gitu loh. Aku juga bercanda” jawab Phier.
Ketika masih dalam proses menggali lubang, tiba-tiba…
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…………..” Ada teriakan maut yang bersumber dari halaman belakang dengan radius kurang lebih 5 m dari teras belakang rumah mereka. Sehingga hal itu mengakibatkan seisi rumah lari dengan paniknya ke arah halaman belakang. Dan di TKP telah ditemukan sesosok Phier yang selonjor di dekat lobang galian.
“Ada apa sih teriak-teriak? Mana suara kaya’ kucing yang lagi kelahi.” komentar Ilma. Emang sih, ni anak kalo ngomong langsung nyrocos gak dipikir dulu.
“Wahai para saudaraku, lihat apa yang telah kutemukan.” sahut Phier.
“Wah, hebat.” kata Nisa’.
“Dengan ini kita bisa kaya.” lanjut Ara.
“Bagus juga.” sahut Ilma, cuek.
Mereka pun memusyawarahkan mau diapakan hasil temuan itu. Dan keputusan jatuh pada usul Nisa, yaitu: DIBERITAHUKAN KE PRESIDEN SEVEN Hmm…
Sesampainya di Istana Negara, mereka menyampaikan penemuan Peta itu ke Presiden. Itu adalah peta sebuah pulau yang (dalam peta disebutkan) menyimpan hasil alam dan mempunyai tanah yang subur. Maka presiden pun bermusyawarah dengan perangkat negara. Dan hasilnya, mereka menganggap kami orang gila. Tetapi, mereka berupaya untuk meyakinkan presiden sekaligus perangkat-perangkatnya. Dan, akhirnya mereka percaya.
Ketika sampai di rumah, mereka menyiapkan perbekalan, ada makanan dan minuman, alat mandi, alat sholat, pakaian, benda tajam, alat pancing, lampu minyak, tulang, tenda, dan peta yang habis ditemukan tadi (harus dibawa).
Esoknya, mereka berangkat setelah berpamitan kepada penduduk pulau Seven Hmm… Mereka berangkat menggunakan kapal yang sudah disediakan oleh Presiden Seven Hmm… Mereka berlayar di lautan Air yang penuh dengan air laut (jelas). Sudah tiga hari mereka berlayar mengikuti jalur yang ditunjukkan oleh peta tersebut. Tetapi, tiba-tiba saja badai menerjang. Sehingga mereka berlayar mengikuti ke arah badai. Beda jalur dengan jalur yang dituju maksudnya.
Dan esoknya….
Ketika tersadar, mereka ada di tepi pantai di sebuah pulau yang belum pernah mereka singgahi (terang aja, memang gak pernah pergi berlayar). Mereka terdampar bersama beberapa barang bawaan mereka, yaitu : koper yang berisi pakaian, tas yang berisi alat sholat, alat pancing, tenda, dan yang terakhir adalah peta yang masih ada dalam genggaman Nisa’.
Mereka berkeliling pulau itu untuk melihat keadaan sekitar. Di tengah jalan, mereka bertemu dengan seseorang yang sangat asing bagi mereka (soalnya, tu orang dandanannya serem banget, item, dan bahasanya kaya’ cuma huhahuha doang). Untung saja Nisa and Ilma pernah mempelajari bahasa itu. So, mereka bisa ngobrol sama orang itu. Ternyata orang itu bernama Mam Bu Su Eka Li.
Setelah beberapa lama berbincang-bincang, Mam Bu Su Eka Li mengajak mereka ke suatu tempat. Mereka tiba di suatu daerah (lebih tepat disebut desa yang rumah-rumahnya mirip rumahnya suku-suku di Irian Jaya). Penduduk si tempat itu berdandan seperti Mam Bu Su Eka Li. Ketika memasuki daerah itu, para penghuni desa bersujud dihadapan Mam Bu Su Eka Li. Ternyata, Mam Bu Su Eka Li adalah kepala suku dari suku tersebut. Suku itu bernama suku “Mam Bhu Haa”. Suku itu sudah turun temurun menempati pulau ini. pulau ini bernama Pulau Mham Bhu. Pulau ini sangat subur tanahnya dan mengandung banyak hasil alam. Mereka berempat akhirnya tinggal di Pulau Mham Bhu bersama Suku Mam Bhu Haa, selama kapal mereka diperbaiki.
Tidak terasa sudah hampir satu tahun mereka tinggal di pulau Mham Bhu. Sebelum meninggalkan pulau itu, mereka meminta agar kepala suku bersedia melakukan barter dengan Negara mereka. Sebab, negara Seven Hmm… pandai membuat pakaian, sedangkan suku Mam Bhu tidak dapat membuat pakaian. Begitu juga sebaliknya suku Mam Bhu punya hasil alam yang diperlukan oleh Negara Seven Hmm… Dan mereka pun sepakat untuk melakukan barter antara hasil alam dengan pakaian. Sehingga Nisa’, Ara, Phier dan Ilma pulang ke pulau Seven Hmm… dengan membawa hasil alam dari pulau Mham Bhu. Tetapi mereka tidak membawa pulang semua pakaian mereka, sebab sebagian pakaian mereka digunakan untuk barter.
Sejak saat itu, Negara Seven Hmm… dan suku Mam Bhu menjalin hubungan dengan melakukan ekspor-impor. Beberapa tahun kemudian, Negara Seven Hmm… menjadi Negara yang lebih maju, dan suku Mam Bhu menjadi sebuah Negara yang lebih beradab.

HARTA YANG BERHARGA
FAHIR, YOGI, HARIS, ZAKI, VIRDI

DI PINGIR PANTAI HAWAI KAMI BEREMPAT BERMAIN VOLI PANTAI. KETIKA ASIKNYA BERMAIN TIBA TIBA, DATANG OMBAK YANG SANGAT BESAR. “LARI LARI”, KATA YOGI. KARNA GUGUPNYA KAMI TAK SEMPAT MENGAMBIL BOLA TERSEBUT AKIBATNYA BOLA KAMI HANYUT TERBAWA OMBAK. TAKLAMA KEMUDIAN ADA BOTOL YANG MENGENAI KAKI YOGI. KARNA YOGI INGIN TAU DIA MENGAMBIL BOTOL TERSEBUT TERNYATA ISI NYA ADALAH SECARIK KERTAS YOGI PUN MEMBUKANYA TERNYATA ISINYA ADALAH SEBUAH PETA. LALU YOGI MEMANGGIL KAMI BEREMPAT UNTUK MERUNDINGKAN CARA UNTUK MENDAPATKAN HARTA TERSEBUT. MALAMNYA KAMI MENGUMPULKAN UANG KAMI UNTUK MEMBELI PERLENGKAPAN. ESOKNYA KAMI MEMBAGI TUGAS UNTUK MENGUMPULKAN PERLENGKAPAN DAN MENCARI PENDUDUK SETEMPAT UNTUK MENJADI AWAK KAPAL DAN MEYEWA SEORANG NAHKODA. ESOKNYA KAMI BERANGKAT DENGAN DUA BUAH KAPAL. DALAM SETENGAH PERJALANAN KEDUA KAPAL KAMI TERKENA BADAI. PAGINYA BEBERAPA AWAK KAPAL KAMI MEMBELOT DAN MEMUTUSKAN UNTUK KEMBALI. AKHIRNYA KAMI BESERTA BEBERAPA AWAK KAPAL KAMI MENERUSKAN PERJALANAN DENGAN SEBUAH KAPAL. KARNA CADANGAN MAKANAN KAMI HABIS MAKA KAMI MEMUTUSKAN UNTUK PERGI KEPULAU SEBERANG. SESAMPAI DIPULAU SEBERANG KAMI HARUS MENYEBERANG HUTAN YANG MASIH DIPENUHI BANYAK RAWA. TAK LAMA BERJALAN HARIS TERJEBAK PERANGKAP PEMBURU, LALU KAMIPUN BERUSAHA UNTUK MELEPASKAN HARIS DARI PERANGKAP HINGGA MENJELANG PETANG. MALAMNYA PEMBURU ITU DATANG DAN KAGET BAHWA JEBAKANYA MENGENAI SESEORANG. LALU PEMBURU ITU MEMINTA MAAF KEPADA KAMI. LALU KAMIPUN MEMAAFKAN PEMBURU ITU DAN MENGAJAK BERBINCANG BINCANG. TERNYATA NAMA PEMBURU ITU ADALAH FIRDI, ORANG YANG AHLI MENGEMUDI KAPAL. KEBETULAN ANGGOTA KAMI KEHILANGAN NAHKODA. LALU KAMI MENGAJAKNYA MENJADI ANGGOTA KELOMPOK ”PENCARI HARTA” DAN DIA MAU MENJADI ANGGOTA KELOMPOK KAMI.
LALU ESOKNYA KAMI SEMUA DIANTAR FIRDI KEPUSAT KOTA MELEWATI JALAN YANG JAUH LEBIH AMAN. SESAMPAI DIPUSAT KOTA KAMI MEMBELI MAKANAN YANG SANGAT BANYAK. KAMI KEMBALI KE KAPAL.DAN MENERUSKAN PERJALANAN KE SELATAN DAN TIDAK LAMA KEMUDIAN PULAU YANG KAMI TUJU SUDAH TERLIHAT. TERNYATA PULAU ITU MERUPAKAN DAERAH YANG KERING DAN DISANA TIDAK ADA PENGAIRAN. LALU SELURUH AWAK KAPAL KAMI BERLOMBA LOMBA MENCARI HARTA KARUN TERSEBUT. TIBA-TIBA ZAKI DAN FAHIR MENEMUKAN SEBUAH PETI, DAN TERNYATA BERISI BENIH BENIH TANAMAN. LALU KAMI BERPIKIR UNTUK APA BENIH SEBANYAK INI. LALU YOGI USUL UNTUK MENGAIRI DAERAH INI DAN MENANAM BENIH-BENIH DAN MEMBERI PETAK LADANG SETIAP KELUARGA. HAL INI TERNYATA MERUPAKAN SEBUAH PENEMUAN DAN PEMBUKAAN SEBUAH DAERAH BARU UNTUK PEMUKIMAN PENUDUDUK.


YUME NO SHIMA E NAGARE MONO
Amalia, anandya, monilia, rina diah, jazilatul

Dahulu kala, sekitar tahun 1602, lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Jozzemy Cruz Dabruz. Jozzemy memiliki seorang ayah yang bernama Josh Guardian Cruz Dabruz dan seorang ibu yang bernama Semi Cicilia Cruz Dabruz. Mereka hidup bahagia di sebuah pondok terpencil di desa pinggir pantai. Ayah Jozzemy bekerja sebagai buruh angkat barang di dermagadan Ibunya sebagai pedagang ikan di pasar nelayan. Jozzemy hidup pas-pasan dengan orang tuanya. Namun mereka tidak pernah mengeluh dengan kehidupan yang pas-pasan itu.
Sembilan tahun kemudian Jozzemy tumbuh menjadi anak
yang sehat, kuat, tampan, dan pemberani. Ia suka dengan hal-hal yang berbau petualangan. Dia tinggal dilingkungan yang keras, namun ia tetap menjadi seorang anak yang baik hati. Dia juga selalu membantu orang tuanya dalam keadaan apapun.
Pada suatu pagi ketika Jozzemy sedang membantu ayahnya dipelabuhan, tiba-tiba ia mendengar suara gaduh dari arah pasar. ”Tolong…tolong…tasku dicopet…!” teriak seorang wanita tua. Ketika itu juga Jozzemy berusaha menolong wanita itu. Ia juga ikut mengejar pencopet itu. Jozzemy berlari sekuat tenaga. Akhirnya mereka berhenti di sebuah jalan buntu. Jozzemy berhasil mendapatkan tas wanita itu. Para penduduk desa datang dan menuduh Jozzemy sebagai pencurinya. ”Hei, itu pencurinya! ayo kejar dia!” teriak salah seorang penduduk desa. Jozzemy bingung dengan hal itu. Penduduk desa semakin mendekat. Karena takut akan amukan masa, Jozzemy akhirnya berlari dan mencari tempat persembunyian yang cukup aman baginya. Tiba-tiba terlintas ide untuk bersembunyi di dek kapal. Karena sangat terdesak, ia segera bersembunyi di dalam kapal. Ketika ia sudah berada dalam kapal, Jozzemy mencari tempat aman dari penduduk dan awak kapal. ”Kira-kira dimana tempat aman bersembunyi ya?” pikir Jozzemy. ”Oh iya aku tahu, di gudang 1”. Ia segera lari ke gudang. Karena lelah ia merebahkan diri di sebuah tumpukan koran. ”Huh capeknyaaa”,kata Jozzemy. Tanpa sadar ia pun tertidur.
Dalam tidurnya ia bermimpi bertemu kakeknya. ”Hallo Jozzemy yang kakek sayangi, apa kabar?” kata kakek. ”Ah baik-baik saja, kek!”jawab Jozzemy. ”What are you doing in here, kek?” tanya Jozzemy. ”Kakek ingin bicara denganmu” jawab kakek Jozzemy. “Masalah apaan sih, kek? Apakah perlu bantuan dariku?” tanya Jozzemy. “Sangat perlu sekali, malah mungkin akan menyulitkanmu. Tapi kakek tahu kamu pasti bisa menyelesaikan semuanya dengan lancar, meskipun kau akan mengalami masa-masa yang sulit.”kata kakek. “Apakah engkau mengetahui tentang pulau misterius?” lanjut Kakek. “Pulau misterius? Apaan itu, kek?” tanya Jozzemy. “Apakah ada petunjuknya, kek? Tanya Jozzemy lagi. “Ada, pulau tersebut terletak di daerah paling utara.” Jawab Kakek. “Tapi kek, kata orang- orang kalau kita berlayar terlalu jauh pasti akan terperosok,”ungkap Jozzemy. “Kau salah, nak. Teori itu adalah bohong belaka. Berlayarlah, nak! Kau akan kubimbing menuju pulau misterius itu,” kata Kakek.
“Apakah kakek sudah menemukan pulau tersebut, kek?” tanya Jozzemy. “Belum, tapi teka-tekinya sudah kakek pecahkan. Pencarian kakek terhambat karena kakek sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa,” jawab Kakek. “Lalu bagaimana caraku…”. Belum selesai Jozzemy berkata, kakeknya sudah menghilang dan secara tiba-tiba kapal terguncang, Jozzemy terbangun. Karena ingin tahu apa yang terjadi Jozzemy berlari menuju dek luar untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata kapal yang dinaiki oleh Jozzemy mulai berlayar entah kemana. Jozzemy memberanikan diri untuk bertanya kepada salah satu awak kapal. “Maaf permisi, mau kemanakah kapal ini?” tanyanya. “Oh, kapal ini akan pergi berlayar ke Jepang,” jawab awak kapal tersebut. “Eh, tapi tunggu siapa kau ?!” tanya awak kapal lainnya dengan heran. “Waa … … ketahuan! Kaburrr … … !” sambut Jozzemy. “Uwaa … uwaa … uwaa … … !” “iyaa … iyaa … iyaa … … !” teriak Jozzemy yang sedang dikejar awak kapal.
Setelah tidak dikejar oleh awak kapal lagi. Jozzemy mulai berpikir bagaimana, seperti apa dan bagaimanakah Jepang itu? Kapal pun mulai merapat di sebuah dermaga. Jozzemy keluar dari dek kapal dengan sangat hati-hati, karena takut ketahuan awak kapal tersebut. Kemudian ia melihat bagaimana Jepang itu, disana Jozzemy melihat orang-orang berpakaian yang belum pernah dilihat yaitu Kimono. Ia juga tidak mengetahui bahasa yang digunakan didaerah tersebut. Karena tidak dapat berkomunikasi dengan orang-orang didaerah tersebut, Jozzemy akhirnya kesulitan untuk mendapatkan secuil apalagi sepotong roti atau maka- nan.
Setelah berjalan selama berhari-hari tanpa maka- nan dan juga tanpa minuman, akhirnya ia tiba disebuah kastil/istana yang besar dan indah, “Hwah … bagus sekali istana ini?” ucap Jozzemy dengan sangat terkagum-kagum. Tapi tiba-tiba segerombolan pengawal kerajaan menangkapnya. “Hmp … hmp … help me!” teriak Jozzemy. Ternyata istana yang disinggahi oleh Jozzemy adalah istananya Kaguya Hime. Ia lalu di-hadapkan kepada Sang Kaguya Hime oleh para penga- wal-pengawalnya.
Kaguya Hime beserta pengawal-pengawalnya ber-bicara dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh Jozzemy. “Hime, bokutachi wa mitsukeru nihon de maeni bokutachi kyuden desu”( putri kami menemukan seorang penyusup didepan istana kita ) kata salah satu pengawal putri tersebut. Putri menjawab, “Hai, hakobu e kochi” ( ya, bawa kesini ). Jozzemy pun dihadapkan pada Kaguya Hime. “Dare ga? Doushite anata wa aru de mae ni watashi wa kyuden desu?” ( siapa kamu? Kenapa kamu berada didepan istanaku?) tanya Kaguya Hime. “Maaf saya tidak mengerti bahasa anda,” kata Jozzemy. “oh, rupanya ia orang Australia” gumam Kaguya Hime. Lalu Kaguya Hime mengganti bahasanya.”Siapa kamu?Kenapa kamu berdiri di depan istana saya?”tanya Kaguya Hime lagi.Jozzemy menjawab “Saya Jozzemy asal saya dari Australia.Saya kesini mau…”belum selesai Jozzemy menjawab,Kaguya Hime memotongnya.”Ah,mengganggu saja!Apa kau tahu kalau aku sedang menyiapkan siasat untuk menangkap Kurogane Yaiba,Oniimaru,danRyuu Hime alias putri naga!””Saya ada ide Kaguya Hime-sama!kata shogun Kaguya Hime.Kaguya Hime menjawab,”Apa idemu itu?””Bagaimana kalau dia dijadikan umpan untuk menangkap ke tiga musuh kita?”jawab shogun itu.”hmm…bagus juga idemu itu!” baiklah pengawal jebloskan dia ke penjara!!!”kata Kaguya Hime.
Demikian Jozzemy di jebloskan ke penjara.Di selnya ia menoleh ke samping,hiiyyy ada hantu Sadako onii-chan. Jozzemy mencari cara untuk kabur.Ia lalu teringat akan tas yang tak sengaja dibawanya saat kabur dulu.Ia melihat dalamnya,”Ah,ada berlian!”kata Jozzemy. Lalu ia mendapat sebuah ide bagus.”Aha aku tipu ajah penjaga penjara ini! ”gumamnya. ”Pakpenjaga, lihat ini!Berlian asli lho!Mau?dari pada di gaji Kaguya Hime,gajinya kecil!Nih ambil!Tapi lepaskan aku.” Sete- lah Jozzemy di lepaskan lalu ia pun kabur.
Jozzemy menemukan sebuah ruangan.Lalu dia masuk ke ruangan itu,di sana ia menemukan sebuah mesin aneh. Jozzemy mencoba mengutak atiknya. ”Mesin apa ini ya?”gumamnya dalam hati.Sebuah sinar terang yang berasal dari mesin aneh itu menyeret Jozzemy ke sebuah tempat yang tidak di kenalnya. Ternyata ia berada di depan istana Shinsengumi di jaman Bakumatsu.”Wah,dimana ini?”kata Jozzemy penuh rasa ingin tahu.Tiba-tiba segerombolan pasukan pimpinan Souji Okita dan Toshio Hijikata mengejar- nya.”Ah ada orang asing!Pasti dari kelompok Choushu- han ishinshishi (Choushou)!Hijikata oniichan ayo kita tangkap mereka!” kata Souji Okita.”Uwaaa kabuurr!Ah itu pintu yang menyambung ke jamanku!Masuk ahh!” sahut Jozzemy.
Jozzemy pun selamat. Tapi kali ini ia ke jaman perang Sekigahara, 2 tahun setelah jaman Baku- matsu.”Aduh salah lagi!Buru-buru balik ahh!”kata Jozzemy.
”Aduh kok salah terus ya?” gumam Jozzemy didalam hati.Walau ia selalu salah tempat dan berkali-kali hampir mati ia tak kenel menyerah.Ia terus men- coba. Sampailah ia di sebuah desa.Ia menghanpiri se- orang penduduk.”Maaf,ini dimana ya?””Ini suku Kuruta! Kau orang asing ya?”jawab orang yang ditanyai Jozze- my. “Benar.Apakah saya dapat meminta sedikit maka- nan?” kata Jozzemy.”ya, kau adalah tamu di desa ini tentu kami akan menjamumu.”jawab orang itu.”tapi saya tak punya uang.”sahut Jozzemy.”Hmm tak apa gantinya ceritakan mengapa dan bagaimana kau bisa sampai ke sini?Siapa namamu?Aku Kurapika!””aku Jozzemy.
Selesai makan,”Jadi kau ketinggalan pintu lorong waktu?”kata Kurapika.”ya dan aku juga tidak tahu cara mencapai pulau impian yang diceritakan kakekku.” Kata Jozzemy.”Ah,coba tanya ayahku!”sahut Kurapika. ”Outosama,tahu tidak cara Jozzemy kembali?”tanya Kurapika.”Hmm,coba pakai ukiran Ipokasui ini!”kata ayah Kurapika.Lalu Kurapika berkata “Syukurlah Jozzemy bisa pulang ya?tapi menggunakannya harus membaca mantera!Begini manteranya,Koropokuru no kororo in ipokasui meiki fuuki kiroro!””ya terimakasih Kurapika.Koropokuru no kororo in ipokasui meiki fuuki kiroro!Selamat tinggal kurapika, terimakasih!”kata Jozzemy.
Ternyata Jozzemy tidak kembali ke tempat Kaguya Hime dan mesin aneh itu, ia terdampar di desa Konohagakure.Desa ninja yang terkenal,namun ia dikira penyusup karena tiba-tiba muncul di tengah ujian Chuunin.Tanpa basa basi langsung saja 3 orang Jonin dan7 orang genin menangkapnya dan di serahkan kepa- da Hokage.”Hmph kenapa aku di tangkap?”protes Jozzemy.”Apa dia penyusup? Siapa yang menangkapnya ?”tanya Hokage.”Aku jonin Kakashi lalu ,jonin kurenai ,jonin asuma,7 genin naruto, sasuke, sakura, neji hyuga, rock lee,tenten,dan gaara.””kenapa kau bisa sampai ke ruang ujian Chuunin ini?’tanya Hokage.Lalu Jozzemy pun menceritakan semuanya.”Kalau begitu kami dapat membantumu!”kata Hokage.Kakashi menjawab,”Jangan-jangan hokage sama akan menggunakan jurus terlarang itu?”.”tak ada jalan lain,hanya itu!”sahut Hokage. ”apa- kah kau bersedia kami bantu?”tanya Naruto.”Ya, aku akan menerima bantuan kalian. Terimakasih! ”Baiklah, ayo Kakashi, Asuma, Kurenai!” perintah Hokage. ”taiju- jutsu no jikan no tsuka suru wa yoichi! Jikuryuri!” Kaka- shi melantunkan taijutsu.”Baiklah ninja terima kasih, aku akan mengenang kalian selalu!” teriak Jozzemy.
Jozzemy sampai di sebuah pulau tak dikenal.”Duh lagi-lagi nyasar!”kata Jozzemy.Tiba-tiba sebuah suara menyapanya,”Hai kau orang asing ya?”.”Iya,ini dimana?” tanya Jozzemy.”Ini adalah pulau impian dan kau berada di suku patch.“”Horee!Kakek aku dapat mewujudkan impian kakek!”kata Jozzemy dengan gembira .


PELAYARANKU KE NEGERI KOPI
Shella and Team
Namaku Ken Manyu de Pringgodigdo. Aku keturunan orang Brazil, karena nenekku berasak dari Brazil. tetapi aku belum pernah berkunjung kesana. Karena tempatnya sangat jauh. Ayahku bernama Leon Goccardo. Dahulu, dia berdagang di Indonesia dan akhirnya bertemu dengan ibuku. Mereka saling jatuh cinta lalu menikah. Lalu lahirlah aku. Sebab itulah namaku campuran Jawa dan Brazil.
Sekarang, umurku sudah mencapai 30 tahun. Aku tinggal dengan ibuku dan 3 saudara kandungku. Ibuku bernama Sri Sekar Ayu Kembang. Ayahku sudah meninggal dunia ketika aku masih berumur 6 tahun. Semasa kecil, aku sangat senang berkhayal. Aku paling suka berkhayal tentang penjelajahan samudera ke negeri orang. Sebenarnya aku sangat ingin melakukan penjelajahan samudera dengan ayahku, tetapi sayang beliau sudah meninggal dunia sebelum keinginanku tercapai.
Aku sangat gemar minum kopi. Gemar sekali. Terutama, Indocafe by my mom. Rasanya, hmmm....delicious. Tetapi, aku mendengar berita bahwa negara Brazil terkenal dengan kopinya yang sangat istimewa. Aku jadi penasaran dan ingin membuktikan apakah kopi Brazil kelezatannya melebihi Indocafe by my mom? Aku akan melakukan penjelejahan ke Brazil. Ya aku akan kesana! Aku ingin mencoba bagaimana rasa kopi Brazil. Selain itu aku juga ingin bertemu dengan nenekku, Teressa Guitterez Gottarda, yang tinggal di Brazil.
Pagi itu aku menemui ibuku yang sedang memeasak di dapur. Aku akan mengatakan kepada ibuku tentang keinginanku melakukan penjelajahan samudra ke Brazil. Apakah ibuku menyetujuinya? Entahlah.
“Bu, boleh Manyu bertanya sesuatu?
“Tentu boleh, nak.”
“Begini, Bu. Ibu tahu kan kalau manyu gemar minum kopi buatan ibu. tetapi Manyu mendengar bahwa di negara Brazil kopinya sangat lezat. Manyu ingin berlayar ke Brazil.
Apakah .......”
“Praaaanggg!!!” piring yang dipegang ibu pecah.
“Tidak, Manyu. Kamu tidak boleh berlayar ke negeri orang. Ibu tidak mengizinkan!”
“Kenapa, Bu? Kenapa Manyu tidak boleh pergi berlayar?”
“Manyu, sebenarnya ayahmu dulu meninggal karena terhempas ombak saat pelayarannya. Setelah ayahmu menikah dengan ibu, dia berlayar ke Brazil, untuk memberitahu nenekmu, Teressa, bahwa dia telah menikah dengan ibu. Tetapi tidak tahunya justru berakhir seperti ini.”
“Lalu apakah.........”
“Lalu, tepat saat engkau lahir, hari itu pula jenazah ayahmu diketemukan. Padahal sebelum ayahmu berangkat berlayar, ibu sudah mempunyai firasat buruk. Karena, hari itu cuacanya kurang baik. Ibu takut jika nanti terjadi badai.”
“Tetapi, Bu. Manyu ingin pergi berlayar ke Brazil. Manyu juga ingin bertemu dengan nenek.”
“Tidak, Manyu. Tidak.”
“Pokoknya, Manyu akan tetap berlayar ke Brazil!”
Tekad Manyu untuk berlayar ke Brazil sudah bulat. Manyu memang penggemar berat kopi. Walaupun ibunya tidak mengizinkan, dia akan tetap berangkat dengan 3 saudaranya, Junayu, Banyu, dan Sodanyu. Mereka akan berangkat besok pagi. Mereka juga telah mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam perjaslanan panjang mereka. Seperti lampu minyak, pakain hangt, korek api, dll. Manyu juga meminjam sebuah kapal layar dari seorang nelayan. Ketika nelayan itu bertanya kepada Manyu kemana dia akan berlayar, Manyu menjawab ke Brazil dengan semangat. Awalnya nelayan itu tuidak percaya kepada Manyu. Dia hanya menghucap sepatah kata, “ hati-hati, Manyu!”
Manyu mempersiapkan segala sesuatunya. Tak selang begitu lama persiapan telah selesai. Manyu ingin berpamitan dengan ibunya, namun ibunya telah datang terlebih dahulu.
“Bu, kami mau mohon pamit untuk segera berangkat.”
Kalau memang tekadmu sudah bulat, maka ibu akan merestuikalian pergi. Tapi tolong, Manyu engkau sebagai anak tertua jagalah adik-adikmu dengan baik.”
Baiklah Bu, Aku akan janji untuk menjaga adik-adikku dengan baik dan aku juga akan bnerusaha untuk membawa nenek untuk ibu.”
Tidak usah Manyu bila engkau dan adikmu pulang dengan selamat, ibu sudah sangat senang.
Naiklah Manyu, Junayu, Banyu, dan Sadayu ke atas kapal. Sambil berteriak dan melambaikan tangan, mereka mengucapkan, “Kami akan pulang dengan selamat, Bu!”. Ibu berkata dalam hati sambil menangis, “ Oh, Tuhanku jagalah dan lindungilah anak-anakku. “Dimulailah pelayaran Manyu dan ketiga saudaranya. Hari demi hari mereka lalui.
“Karena persediaan makanan semakin menipis maka kita harus mengirit makanan, agar cukup sampai kita ke suatu tempat yang ada makanannya.”
“Kak Manyu, bahaya...bahaya...!.
“Ada apa Banyu?”
“Lihatlah kesana kak, ada arus dan badai yang sangat besar disana.”
Kita harus segera memutar arah.
“Sudah kucoba, kak. Tapi tidak bisa, anginnya sangat kencang.
“Kalau begitu, tidak ada pilihan lain kita harus melawan arus.”
Apakah yang akan terjadi dengan mereka?. Peristiwa itu bertepatan dengan ibu Manyu, Banyu, Janayu dan Sadayu yang sedang menjahit baju Banyu. Tiba-tiba jari ibu tertusuk jarum dan firasatnya menyatakan ada apa-apa dengan Banyu. Ibu Manyu langsung mencari obat. Sudah dicari kemana-mana obatnya tidak ada. Begitu paniknya tanpa sengaja ibu menyenggol keramik kesayangan Janayu.
“Praakkk...!!!” seketika keramik itu pecah.
“Aduh, jangan-jangan ada apa-apa juga dengan Janayu. Sementara itu, hujan turun semakin deras disertai dengan gemuruh petir yang menakutkan. Ombak-ombak juga semankin besar, membuat kapal Manyu dan saudaranya berguncang hebat.
“Bagaimana, kak? Apakah yang harus kita lakukan?” tanya banyu dengan panik.” Kita hanya bisa berdoa dan mengharap mukjizat dari Allah.”
Manyu dan saudaranya berusaha untuk tenang dan berdoa. Tetapi apa boleh dikata jika Tuhan berkehendak lain. Semakin lama, hujan turun semakin deeras hingga dek lapal tergenangi air. Tiba-tiba petir menyambar kapal Manyu ddengan hebat, sehingga kapal terbelah menjadi dua. Manyu dan saudaranya terpisah dengan Banyu dan Janayu. Ombak semakin menjadi-jadi, hujan turun lebat, halilintar menggelegar, membuat pecahan kapal terombang-ambing.”
“Aduh, kak Manyu bagaimana ini! Banyu dan kak Janayu bila berpisah dengan kita mereka kan tidak tahu arah ke Brazil.”
“Meskipun mereka tidak tahu arah ke Brazil, tetapi mereka bisa juga terdampar di sebuah pulau.” Keadaan Banyu dan Janayu semakin parah, karena ...
Mereka dilahap oleh pusaran air yang sangat besar dan waktu mereka sempit sekali sehingga mereka tak sempat membalikkan arah, mereka sudah masuk ek dalam lubang pusaran yang amat besar. Sedangkan Manyu dan Sadayu yang terompang-amping di lautan, mereka mencoba untuk pindah ke rakit. Akhirnya mereka bisa. Mereka berakit dengan perahu rakit yang tidak terlalu besar. Beberapa hari harus mereka lalui untuk menemukan pulau dan makanan karena mereka beberapa hari tidak makan. Setelah itu mereka terkejut.
“Hai, lihatlah kemari! terlihat ada pulau disana.”
Ya, marilah kita pergi kesana.”
Mereka mendayung dengan segenap tenaga yang tersisa. Tak lama beberapa hari sampailah mereka di pulau itu. Nampak ada seorang kakek yang berada dihutan sebelah pantai. Manyu bertanya, “Permisi kek, saya mau tanya ini pulau apa dan daerah mana? Oh ini pulau Brazil.
Ternyata mereka sampai juga di pulau Brazil kemudian mereka bertanya lagi.
“Kalau begitu dimana ya daerah Brazil yang terkenal kopinya itu.”
Oh saya kurang tahu anda yanya saja kepada orang yang dipasar sebelah sana. Terima kasih pak. Mereka langsung menuju ke daerah yang ditunjukkan kakek itu, ternyata itulah tempat toko yang menjual kopi Brazil. Mereka langsung bertanya,”dimana perkebunan kopi Brazil?” Oh ya saya akan antar.
Tak selang begitu lama penjaga toko itu dan mereka sampai di perkebunan kopi.” Sebentar saya panggilkan pemilik perkebunan kopi.”
Sampailah si penjaga toko itu bersama pemilik perkebunan kiopi yang bernama nenek Teressa.
Di dalam hati Manyu berkata,
“Lho kok namanya aku pernah dengar. Siapa ya? Ah, pasti kebetulan saja sama.”
“Kalian berasal dari mana?”
“Kami berasal dari Indonesia, tepatnya dari Pulau Jawa.”
“Em, kalian mau melihat lihat kebunku.”
“Ya, kami juga ingin mencicipi kopi khas Brazil.”
“Ayo, saya antar.”
Manyu tambah curiga, karena ia sangat yakin dihatinya bahwa ia kenal dengan nenek itu kenal sekali.
“Dulu, itu kebun kopi ini ingin saya berikan kepada anak saya tapi ia dari dulu belum pulang juga.”
“Oh, ini kakakkku namanya manyu. Nama panjangnya Ken Manyu de Pringgo digdo.”
“Oh, kok wajahnya dan wajahmu itu agak ada Brazilnya?”
“Itu karena ....”
“Nenek, ayo mari minum kopi!”
“Ayo kalian semua ikut aku minum kopi Brazil.”
‘Yes, kami setuju sekali.”
“Mari, ayo diminum!”
“Wah, memang rasanya nikmat, mengalahkan kopi ala indocafe ny my mom.”
“Kopi apa itu?”
“Kopi Indonesia yang khusus dibuatkan oleh mamaku.”
“Mama mu orang mana?”
“Mama saya orang Jawa, ayahku orang Brazil.”
“Oh, ayahmu orang Brazil. Kira-kira daerah mana ya?
“Saya kurang tahu, ayahku seorang pelayar, ia bertemu ibuku ketika ayahku berlayar di Indonesia. Dan mereka saling jatuh cinta maka mereka menikah dan lahirlah aku dan ke 3 saudaraku.”
Sekarang ayahmu kok tidak ikut kesini?”
“Ayah telah tewas ketika akan pergi ke Brazil, menemui ibunya untuk memberitahukan kalau beliau sudah mempunyai 3 anak.”
Muncullah kecurigaan dalam diri nenek, karena cerita yang disampaikan oleh Manyu kirip dengan berlayarnya anak nenek ke Indonesia.
“Siapa nama ayahmu?”
“Leon Gottardo.”
“Apa...? Kamu jangan coba-coba menipuku!”
“Tidak Nek, saya memang anak dari Leon Gottardo!”
“Siapa nama nenekmu?”
“Teressa Guitterez Gottardo.”
“Lho itu kan nama saya, berarti kau cucuku!”
“Benarkah Nek, syukurlah.”
Mereka berpelukan bahagia, mereka bersyukur tak sia-sia mereka menempuh rintangan dan meninggalnya 2 orang saudaranya.
“Tapi kenapa jumlah kalian hanya ber 2 kan katanya cucuku ada 4 orang, mereka dimana?”
“Begini nek, ketika kami berangkat ke Brazil, ditengah perjalanan kami dihempas badai dan kapal kami pecah menjadi dua aku dan Sadanyu, Banyu dan Janayu. Tapi pecahan kapal yang ditempati oleh Banyu dan Janayu terlahap oleh pusaran air yang amat sangat besar dan memutar.
Akhirnya teringatlah di benak Manyu, kalau ia berjanji kepad ibunya bila ia bertemu dengan neneknya akan membawa nenek pulang.
“Nek, alu pernah janji kepada ibu kalau bila ketemu nenek akan membawa nenek pulang untuk bertemu ibu.”
“Baiklah, aku juga belum pernah pergi ke Indonesia apalgi pulau Jawa.
“Kita berangkat kapan Nek?
“Besuk lusa.”
Mereka berangkat dengan kapal yang sangat besar milik neneknya. Memang disana neneknya terkenal paling kaya di daerahnya karena memiliki perkebunan kopi yang sangat luas.
Sampailah mereka di Indonesia, Ibu Manyu sangat terkejut melihat ada seorang nenek yang ikut di kapal anaknya. Haru campur sedih di hati ibu. Metreka hidup bahagia, sangat bahagia.
PETUALANGAN KE NEGERI ASING
Pada abad ke 16 terdapat negara Q_smyn. Namun, suatu ketika Q_smyn mempunyai kesengsaraan yang besar. Hail ini hanya disebabkan oleh biang kerok yaitu Bapak Kades yang bernama Darmanto de Perompacco yang telah 15 kali ber PHK alias Putus Hubungan Kekasih. Semenjak itu, dia melakukan hal sewenang- wenang kepada rakyatnya. Maka dari itu, semenjak Mr. Pacco menjadi Kades sampai sekarang tidak ada kemajuan sama sekali alias maju kebelakang. Oleh karena itu kita berlima yaitu Diyambes, Elles,
Altem, Cuyun, Karles Pingin bebas dari cengkeraman Mr. Pacco.
Akhirnya kita memutuskan buat Konfrensi Pohon Cemara. Tapi karena lapar, kita mau makan dulu di warung kolong jembatan Bahorok. Pada mulanya Altem yang mulai usul “Hei makan dulu yuk! Ada kesukaanku lho! Semur jengkol dan sambel pete!”, usul Altem.”Iya disana juga ada sup wedus gibas, bothok tawon dan kripik walang!” kata Elles. “Kita ini mau rundingan kok malah mikirin makan, tahu nggak aku juga laper!” sahut Diambes. Akhirnya kita makan dulu, lalu melakukan perundingan.
Setelah makan, kita berkumpul di kebun tetangga tepatnya punya Pak Don Boscho yang baik hati karena mau minjemin kita tempat yaitu dibawah pohon cemara tertinggi di kebunnya. Dengan semangat abad 16 kita segera beruding dan menyusun rencana. “Gimana kalo kita pergi ke negri lain mencari harta karun?” kata Cuyun. “Gimana caranya? berlayar? Kapal aja kita nggak punya!” Kata Elles. “Ya, sudah kita minta ke Mr. Pacco aja!” usul Karles. Diambes juga ikut ngomong juga, “Pinter juga sih lo! Kapan ngomongnya? Sekarang?”. Altem yang lagi sebel marah ke Diambes, “Nggak tanggal 31 aja!ya jelas sekaranglah pelo banget sih loh!”.
Akhirnya kita segera ke Pak Kades dan memberitahukan inspirasi kita pada Mr. Pacco, Mr. Pacco pun tanpa basa- basi langsung setuju. Secepatnya Mr. Pacco segera memesan kapal WIP yang pada saat itu sangat canggih pada abad ke-16. Mr. Paccopun memberitahu pada rakyatnya dan rakyatnya sebagian besar tidak setuju, yang setuju hanya sebagian kecilnya. Mereka kebanyakan takut atas atas kerakusan Mr. Pacco yang tak terkendali. Tanpa basa-basi si Diambes mencanangkan janji pada rakyat Q_smyn. “Kita janji bakalan kasih harta buat kalian semua, kalo nggak, kita berani dikualatin orang sekampung!”, kata Diambes dengan suara yang menggelegar.
Rakyat Q_smyn sangat setuju dengan janji Diambes yang sangat meyakinkan itu. Tanpa pikir panjang pada hari esoknya kita pergi dengan kapal yang dipesenin oleh Mr. Pacco. Kapalnya lumayan bagus, karena saat itu kapal yang kita naiki paling canggih, jadi patut dibanggakan.
Kita pergi dengan bekal yang lumayan banyak dari makanan sampai duit dari Mr. Pacco. Bekalnya banyak banget, bisa buat sampai tujuh turunan (kalau hemat). Kita berlayar mengarungi samudra lepas.
Suatu hari badai datang menyerang, hujan deras disertai angin kencang. Walaupun kapal secanggih apapun pasti dapat berombang – ambing ombak. Setelah badai mereda tanpa disadari kita telah salah arah perjalanan karena sebelumnya, Mr. Pacco telah menitipkan suatu peta yang katanya ada harta karunnya. Lalu tiba- tiba ada kapal yang lumayan besar mendekat ke arah kapal kami. “Tooollloooonggg…” kata Karles.”Gila kamu ya, masa’ minta tolong sama orang yang nggak dikenal!” sahut Altem. Tiba- tiba sekelompok orang bersenjata menyerang kami dan mengambil peta harta karun yang diberi oleh Mr. Pacco.
Tiba- tiba ada arus deras yang menyorot dua kapal beserta isinya masuk ke dalam perut Paus yang sangat besar sekali. Tapi, Diambes dan Cuyun dapan menyelamatkan diri dari paus itu. “Aduh gimana ya…nasib teman kita ?”tanya Diambes. “ah..aku sendiri nggak tahu nasib mereka untung aja kita masih selamat,”sahut Cuyun. Setelah mereka bercakap- cakap sebentar, mereka berencana untuk membebaskan teman mereka dari paus itu.
Sedankan Elles, Altem, Karles yang berada didalam tubuh paus tersebut masih bisa bertahan diri walaupun disana tempatnya sedikit oksigen. Walaupun didalam tubuh paus, mereka masih kedingan lalu mereka membuat api unggun untuk menghangatkan badan. Tiba- tiba Karles melihat benda yang menyilaukan dari kejauhan. Lalu Karles mendekati benda yang menyilaukan itu, tanpa disangka benda itu adalah batangan emas, permata, dan berlianyang berserakan dimana- mana. “wah, ternyata paus ini makan berlian!?! Altem!!! Elles!!! Aku menemukan sesuatu nich!” teriak Carles. Setelah Altem dan Elles menuju ke tempat Karles berada, mereka juga sempat kaget, lalu mereka mengumpulkan emas, permata, dan berlian ke dalam karung buat jaga- jaga kalau memang mereka bisa keluar dari tubuh paus ini. Dalam keadaan seprti ini Elles teringat sesuatu yaitu cerita Pinoccio yang sangat terkenal itu. Pada saat itu juga Elles mempraktekkan apa yang dilakukan pinoccio pada saat ada di tubuh paus. Setelah itu mereka semua dapat keluar melalui lubang yang berada diatas tubuh ikan paus yang sangat besar itu dan bertemu kembali dengan Diambes dan Cuyun. Lalu mereka melanjutkan perjalanan ke tempat harta karun itu karena emas yang mereka bawa dari paus, belum cukup untuk seluruh para penduduk Q_smyn dan peta yang dirampas para bajak laut itu dapat diketemukan kembali.
Perjalanan mulai ditempuh kembali, mereka masih belum mengetahui keadaan para bajak laut tersebut dan semoga saja mereka tidak menyerang kita lagi. Setelah sampai ditempat harta Qarun tersebut yaitu pulau GreenLand. Disana tempatnya subur sekali tapi, kelihatannya tidak ada penduduknya walaupun hanya satu. Mereka segera berpencar untuk mencari harta Qarun, Tapi Altem bertugas untuk menjaga kapal milik mereka. Tanpa disadari kepergian keempat teman Altem cukup lama sekali sampai menghabiskan waktu 12 jam. Altempun merasa khawatir akan kepergian mereka, lalu Altem memasuki sebuah gua yang tak jauh dari kapal milik mereka. Tiba- tiba “ DUUUAAARRR!!!” Elles, Diambes, Cuyun, dan Karles mengagetinya. Altem merasa kaget karena dihadapannya telah ada emas, berlian, dan permata yang banyak sekali.
Lalu mereka pulang dengan bahagia dan penuh semangat dan mereka pulang dengan selamat. Para penduduk Q_smyn kembali membangun negaranya yang melarat menjadi negara yang sangat maju.







PERJALANAN PANJANG
Dana, Guntur , Ilmimada, Indra, Yusuf

Kami berlima merupakan rekan sekerja pada perusahaan kain sutra dan kami menjadi pengiriman barang. Suatu hari kami mendapatkan tugas dari bos kami untuk mengirim barang ke
negara model dunia yaitu Perancis melalui jalur laut. Kami berlayar pada tanggal 25 Februari 1776, kami berangkat melalui pelabuhan di kota Surabaya yaitu pelabuhan Tanjung Perak.
Di tengah perjalanan, kapal kami dihadang oleh kapal perompak yang ingin merampas barang yang akan kami kirim ke Perancis. Karena kami mengetahui bahwa perompak itu akan merampas barang yang akan kami kirim, maka kami mencoba menghindar keluar dari jalur tujuan kami semula yang tidak ketahuinya. Setelah lama kami dikejar oleh perompak itu, akhirnya perompak itu kehilangan jejak kami dan akhirnya kami dapat lolos dari kejaran mereka.
Setelah kami lega karena kami berhasil lepas dari para perompak, kami mencoba kembali ke arah kemana tadi kami berlima dikejar oleh para perompak itu. Tapi jika kami ingat kembali, semua pemandangan laut terasa sama dan tak ada bedanya. Setelah lama kami merenung memikirkan jalan keluar, tak terasa kami terhempas oleh ombak ke arah tepi sebuah pulau. Kami merasa bingung karena kalau kami melihat peta, daerah itu tidak tergambar, padahal pulau itu sepertinya sebesar seperti pulau Jawa.
Setelah kami sampai di daratan pulau itu, kami pun merasa ada keanehan di pulau tersebut. Ketika kami menginjakkan kaki di daratan tersebut memang ada keanehan di pulau tersebut yaitu kami melihat semak-semak bergoyang. Setelah kami berlima mendekati semak-semak itu, kami berlima merinding melihat semak itu seakan-akan ada yang mencekik leher kami. Setelah semakin dekat, dekat, dan dekat, kekhawatiran kami semakin memuncak. Ketua kami membuka semak-semak itu dan ternyata di semak-semak itu ada penghuni asli pulau itu yaitu suku yang tidak kami ketahui asal usulnya.
Orang itu berbicara dengan bahasa yang aneh, tapi Ilmi mengetahui bahasa itu karena Ilmi pernah belajar bahasa itu di masa kecilnya. Orang suku itu berkata dan Ilmi mengartikannya yaitu orang suku itu berkata :”Mau apa kalian ke sini jangan coba-coba mengganggu kami karena kalau kalian mengganggu maka sukuku akan menyerang habis-habisan dengan bantuan para Dewa matahari, Dewa bintang, dan Dewa bulan.”
Ilmi menjawab dengan bahasa yang sama, “Kami ke sini mau numpang menginap, apa sudah ada yang menemukan pulau ini sebelumnya ?” Orang itu menjawab dengan bahasanya “Belum, sewaktu kami kecil kami dipesani oleh nenek moyang kami agar memberitahukan pulau ini ke seluruh dunia oleh orang yang datang ke sini pertama kali, mari masuk ke kampungku, di kampung ini cuma ada 14 orang termasuk saya sendiri.” “Terima kasih atas kebaikanmu !”
Baru ketika kami menginjakkan kaki kami di halaman kampung mereka, Yusuf, anggota kami, tiba tiba kakinya terkena tiga anak panah suku itu. Dia menjerit kesakitan minta tolong. Salah satu suku yang disebelah kami segera menolong teman kami dan segera memasukkan ke tenda perkemahannya. Lalu aku bertanya pada orang itu, “Oh ya aku lupa, siapa namamu ?” “Namaku Ambo, namamu siapa ?” “Namaku Ilmi, yang rambutnya keriting itu namanya Guntur, yang rambutnya jabrik itu namanya Indra, yang paling tinggi badannya itu Dana dan yang kakinya luka itu namanya Yusuf.
Lalu Ambo menceritakan ke sukunya bahwa kami berlima adalah calon pemberi nama pulau ini dan menyebarkan nama pulau ini ke seluruh dunia. Para suku itu bersorak gembira. Orang yang menembak kaki Yusuf itu bernama Hiawata. Hiawata langsung berjabat tangan dengan Yusuf tanpa mengucap kata apapun. Ambo bertanya pada Ilmi, “Mengapa kamu bisa sampai ke sini ?”
Ilmi menjawab, “Tadinya kami mau mengantarkan kain sutera ini ke negara Prancis tetapi karena kami dikejar perompak kami jadinya nyasar kesini.” Menjelang Maghrib kami berlima mengadakan sholat maghrib dan sekaligus menjama` shalat Isya`. Para suku hanya terdiam melihat kami berlima melakukan ibadah.
Jam tangan Indra menunjukkan pukul 05.00 WIB dan jika disekitar daerah ini menunjukkan waktu 22.00. Pada saat itulah para suku melakukan ibadahnya yaitu menyalakan api sebesar-besarnya dan para suku mulai bersorak sorai mengungkapkan rasa senangnya pada para dewa. Ketua suku mengeluarkan kata kata yang aneh lagi tetapi Ilmi dapat menjawabnya,”Orang itu berkata terima kasih wahai para Dewa, kau telah mengabulkan doa kami agar para penjelajah itu datang kemari.”
Cara berdoanya memang aneh, tetapi kami berlima tetap menghargai cara mereka itu dan tetapi kami masih lebih yakin kepada Allah SWT. Ilmi mengajari bahasa mereka pada malam itu kepada kami semua sampai jam 00.00 dan bersamaan dengan itu upacara mereka telah berlalu dan mereka kembali ke tenda masing masing. Kamipun mengingat kemana tujuan kami sebenarnya yaitu ke negara Prancis tetapi malah nyasar ke daerah ini, kamipun juga rindu pada orang tua kami dan juga teman kami, rasanya rindu itu sudah tak tertahankan lagi, kamipun ingin meneteskan air mata tetapi tidak bisa Agar rasa rindu itu hilang kamipun segera tidur .
Dua haripun telah berlalu kerinduan kami semakin memuncak. Tetapi rindu itu diusik oleh Ambo, Ambo pun mengajak kami untuk berburu rusa dan mencari kayu untuk memasak daging rusa itu nanti. Kamipun mengikuti apa kemauannya dan segera pergi agar kami berlima juga mendapatkan bagian. Kamipun dengan berat hati meninggalkan Yusuf dengan kakinya yang masih sakit. Indra berkata, Jaga baik baik dirimu, jangan sampai ada yang mengusikmu. Guntur berkata, “Kalau nanti kamu menemui ular atau yang ganaslah pakailah pedang ini,” kata Guntur sambil memberikan sebilah pedang.
Yusuf mengangguk diam, tiba tiba Dana memanggil Guntur dan Indra ,”Cepat nanti ketinggalan!” Indra dan Guntur segera menghampiri Dana. Setengah jam berlalu, Ambo dan yang lainnya masih belum datang, lalu Yusuf menemukan ular pithon yang sangat besar badannya. Yusuf ingin berlari tetapi ia tak dapat berlari karena kakinya sedang sakit. Ular itu semakin lama semakin cepat jalannya dan Yusuf segera mengambil pedang di sebelahnya, ternyata Yusuf tidak kuat mengangkat pedang itu lalu pedang itu terjatuh ke kepala pithon dan pithon itu mati seketika
Bersamaan dengan matinya pithon itu, Ambo dan yang lainnya datang dengan membawa dua ekor rusa tangkapan mereka, melihat kejadian itu kelima orang itu menghampiri Yusuf dan Hiawata juga datang pada saat itu. Melihat ada pithon yang sudah mati di samping Yusuf keenam orang itu kaget. Dana bertanya kepada Yusuf, “ Kau tak apa apa ? Yusuf menjawab,
” Ya, hanya saja tadi aku tak kuat mengangkat pedang itu dan pedangnya tertancap di kepala ular
itu.” Bersamaan dengan selesainya perkataan Yusuf, Hiawata menyahut,” Maafkan aku, seandainya aku tidak memanah kakimu kau tidak akan menjadi seperti ini.” “ Sudahlah tak apa apa yang penting kita semua selamat, kan!”
Yusuf dan kawan kawannya segera meninggalkan perkemahan dan segera memanggang rusa itu. Dana lupa membawa air untuk minum, maka Dana bertanya pada Ambo, “ Apakah ada sungai yang paling dekat di daerah sini ? “Ada, kearah sana,” kata Ambo sambil menunjuk ke arah pohon yang besar. Dana segera mengambil kompas yang dia bawa dan mengamatinya pohon besar itu adalah arah baratnya, jadi nanti kalau Dana mau kembali jadi harus melalui arah timur.
Yang lainnya makan tetapi hanya Dana saja yang pergi mencari minum. Saat Dana sudah ditengah perjalanan tiba tiba Indra dan Guntur menyusul agar jika Dana kesulitan maka Indra dan Guntur siap menolong sementara Ilmi menemani Yusuf makan di perkemahan. Dana, Guntur dan Indra telah sampai di sungai itu. Indra melihat sungai itu, ternyata sungai itu sangatlah tenang dan kata Ibunya sungai yang tenang itu banyak buayanya.
Setelah Dana mengambil air sebanyak satu bambu ternyata memang ada yang mengamati
yaitu seekor buaya yang sangat besar yang akan melahap kepala Indra tetapi gagal karena Panah Ambo mengenai perut buaya itu dan buaya itu menggelepar. Dana, Indra dan Guntur kaget melihat ada Ambo disitu. “Mengapa kau ada disini ?”tanya Indra. Ambo menjawab, “ Aku sebenarnya ragu pada kalian, apa kalian tidak menyadari bahwa di daerah ini banyak buaya dan ularnya.”
Kami pun menyadarinya, saat sampai di perkemahan, Ilmi dan Yusuf sedang berbicara dengan Hiawata sejak kapan ia berteman dengan Ambo. Hiawata menjawab, “Saat kami berdua bertemu di perkemahan ini. Yusuf, Ilmi dan Hiawata kaget karena Indra dan temannya datang membawa minum. Hiawata dan Ilmi berebut ingin minum tetapi karena melihat Yusuf, Ilmi mempersilahkan Yusuf dahulu yang meminumnya. Setelah semuanya minum Yusuf bertanya pada Guntur, “Apakah tadi kalian mengalami bahaya ?
“Ya, tadi kepala Indra hampir saja dilahap oleh buaya tapi karena pertolongan Ambo, Indra tidak jadi dilahap oleh buaya itu.” Kamipun segera pergi ke tenda masing masing untuk segera tidur siang. Ternyata kami bangun pada malam hari. Hari haripun terus berlalu sampai akhirnya kami menginap di perkemahan itu selama seminggu. Kami sudah sangat rindu pada orang tua kami dan kami berlima sudah ingin kembali ke rumah.Kaki Yusuf juga berangsur angsur sembuh. Ilmi mengambil Handphonenya dan mencoba menelpon keluarganya tetapi tidak bisa karena di daerah itu tidak ada sinyal.
Ambo dan Hiawata bertanya pada Ilmi, “Benda apa ini ?” “ Ini adalah HP yang bisa digunakan untuk permainan dan juga bisa untuk berkomunikasi.” “ Apa itu komunikasi ?” sambung Hiawata. “Komunikasi itu adalah berbicara dengan yang kita tuju tetapi dengan jarak yang jauh, bolehkah aku bertanya dimana negara Prancis itu ?” “ Negara Prancis ada di seberang pulau ini, kau tinggal naik perahu sebentar nanti kamu akan sampai di pelabuhan.”
Lalu Indra bertanya pada Hiawata, “Dimanakah engkau mendapatkan bulu yang kau pakai dikepalamu itu?” Hiawata menjawab,” Disekitar sini ada burung yang bernama burung maru yang ada hanya di pulau ini dan sangat langka sekali di seluruh dunia.” “Apakah kamu mau mencarikan burung itu untuk kami?” “ Tentu saja kami akan mencarikannya untuk kalian karena mengkap dn menemukannya sangatlah mudah,” kata Ambo dan Hiawata.
“Kami ingin yang laki dan yang perempuan agar kami bisa mengkembang biakannya di negara kami.” Satu jam telah berlalu, Ambo dan Hiawata datang dengan membawa dua burung maru, ternyata bulu dan coraknya sangatlah indah. Kami mengucapkan terimakasih yang tak terhingga pada Hiawata dan Ambo yang sudah mau menolong kami berlima untuk tinggal bersamanya. Kami teringat pada pesan masyarakat kami agar menjaga keselamatan kami berlima untuk berlayar ke negara Prancis dan kami berlima menjawabnya dengan jawaban yang pasti.
Kami berencana akan melanjutkan perjalanan kami ke negara Prancis saat ini juga dan kami akan segera meninggalkan kampung halaman Ambo. Sebelum kami meninggalkan kampung halaman mereka, kmi menghadiahkan mereka sebuah pedang samurai yang enam hari yang lalu digunakan Yusuf untuk membunuh ular pithon. Ambo sangat senang menerima pedang itu dan ia berjanji juga akan merawatnya dengan baik. Lalu Hiawata juga memberikan panah dan juga kalung yang terbuat dari emas murni untuk kami berlima yang bergambar orang berjabat tangan yang menandakan persahabatan yang tak akan terlupakan seumur hidup.
Kami berlima berjanji tidak akan melupakan peristiwa ini seumur hidup.Kami segera membawa burung maru ke kapal kami yang telah dihadiahkan oleh Ambo dan para warga sukunya. Kami mengucapkan selamat tinggal kepada warga mereka dan berjanji jika ada lain kesempatan maka kami berlima akan bertemu lagi dengan Ambo dan kawan kawan. Ambo mengingatkan pada kami agar menyampaikan pulau baru ini. Pesan itu akan Dana sampaikan saat ia sampai di Indonesia nanti.
Perjalanan di tengah laut terasa menyenangkan dan akhirnya kami tiba di negara Prancis.
Kami memberikan kain sutra itu kepada yang memesan dan uang yang kami terima hanyalah tiga perempat dari gaji semula. Hal ini disebabkan karena kami mengantarkannya terlambat 6 hari. Kami mencoba menelpon dengan HP Ilmi dan ternyata suara kami bisa masuk ke telepon Ibunya Ilmi dan Ilmi berpesan kami berlima akan segera sampai di Indonesia dan kami akan menjadi terkenal di Seluruh dunia. Ibu Ilmi terkejut tetapi tidak mengerti apa yang ia maksud .
Ibu Ilmi segera memberitahukan pada warga bahwa Indra, Yusuf, Dana, dan Guntur akan segera kembali ke Indonesia hari ini juga. Ibu dan Ayah Indra, Yusuf, Dana, Guntur sangat terkejut anaknya akan kembali. Maka para warga segera menyambut kedatangan kelima anak itu.
Maka segera datang kelima anak itu dan mereka disambut dengan sambutan yang penuh dengan haru. Maka segera dipeluklah kelima anak itu oleh ibu dan ayahnya disertai dengan tangisan yang sangat sedih.
Melihat kaki Yusuf, Ibunya menjadi keheranan mengapa bisa terjadi seperti ini. Yusuf berkata,” Ceritanya panjang, saat itu kami berlima dikejar oleh perompak dan kami nyasar di pulau yang tak kami ketahui. Disana kami berkenalan dengan 2 orang, yang pertama namanya Ambo dan yang satunya bernama Hiawata dan yang menembak kakiku ini adalah Hiawata, dia tidak mengerti bahwa kami berlima ini adalah pendatang baru dan Hiawata mengira bahwa kami berlima adalah para penyelundup.
Saat kami mau pulang kami diberi panah, burung maru. Burung maru ini sangat langka dan kami berlima mau mengembiakkannya disini. Ambo berpesan pada kami agar segera memberi nama pulau ini dan menyebarkannya ke seluruh dunia. Kami memberi nama pulau itu pulau Hiambo yang berasal dari nama Ambo dan Hiawata. Kami minta tolong ke ibunya Ilmi untuk menyebarkannya ke seluruh dunia. Dan kami berjanji jika ada kesempatan kami akan datang ke pulau itu. Dealam hati kami berlima kami bercita cita ingin bisa kembali ke pulau itu
Sudah seminggu kami menunggu ternyata banyak juga wartawan yang datang ke rumah kami berlima untuk mewawancarai kami. Ternyata kami memang sudah terkenal……

Pulau Impian…???
Dana, Yusuf, Indra, Guntur, Ilmi


Kamis, 5 Januari 1776
Kami bertiga bersiap melakukan perjalanan ke daerah lain untuk berpetualang mengarungi laut. Semula kami hanya membayangkan tentang pulau-pulau yang kosong, sepi, tak berpenghuni, dan kami bertiga sedang berjemur di pantai dengaan makanan-makanan yang sangat lezat dan mewah juga dengan pelayan-pelayan yang dapat kami suruh untuk melaksanakan tugas apapun.

Sabtu, 10 Oktober 1773
Seorang pedagang kain yang sangat kaya, yang bahkan hartanya pun tak akan habis dimakan oleh tujuh turunan sekalipun memberi tawaran pada kami untuk berlayar. Kami diminta untuk mengantarkan kain ke pulau lain, namun baru setengah jalan kami bertiga menemukan sebuah pulau yang tak ada dalam peta. Karena pada saat itu kami teringat dengan cerita-cerita di masa kecil bahwa terdapat sebuah pulau yang merupakan kuburan bagi bajak laut yang mencari harta di pulau tersebut, kami tidak berani berlabuh di pulau tersebut. Kami melewatinya begitu saja dan segera melanjutkan tugas kami.
Selasa, 17 Agustus 1774
Kami tiba kembali di pulau asal kami, Pulau Laruku. Selama berbulan-bulan berikutnya kami hanya bekerja di pelabuhan sebagai kuli pengangkut barang-barang dagangan.

Sabtu, 15 Januari 1775
Seorang pria saudagar kain sutra yang sangat amat kaya mengajak kami bertiga untuk melakukan perlayaran. Nama pria tersebut adalah Guntur, lengkapnya Guntur Cahyo Nugroho. Jika hanya kami berempat, tak akan sanggup menjalankan kapal besar yang telah disediakan Guntur. Oleh karena itu kami perlu mencari beberapa personil lain seperti navigator, koki, juga dokter.
Rabu, 8 Desember 1775
Sampai saat ini telah terkumpul 7 orang awak kapal, yakni Guntur sebagai sponsor pelayaran kami, Dana, Yusuf, dan Indra sebagai pekerja kapal jika terjadi kerusakan (teknisi), Ilmi sebagai dokter, Wahyu sebagai koki, dan Tole, atau yang biasa dipanggil Lee sebagai navigator. Lengkaplah sudah awak kapal kami.
Kamis, 5 Januari 1776
Kami berangkat hari ini juga dengan semangat, harapan, dan juga impian yang tampak mustahil.
Rabu, 5 Januari 1786
Pelayaran kami terhenti karena selama 10 tahun ini kami belum juga menemukan pulau yang kami cari. Namun dengan adanya pelayaran tersebut kami dapat menyinggahi pelabuhan-pelabuhan dan daerah-daerah lain yang belum kami ketahui (keliling dunia).

Kamis, 5 Januari 1816
Itulah kenangan di masa 30 tahun yang lalu di mana pada saat kami masih muda kami begitu berhasrat tentang pencarian pulau impian kami. Hingga saat ini kami masih mengingat kenangan tersebut yang juga kami ceritakan kepada anak-anak kami. Kami berpesan kepada mereka agar meneruskan pencarian pulau tersebut.

Kamis, 11 Juli 1816
“Kami sebagai penerus ayah, akan melanjutkan pencarian pulau tersebut.”
Itulah kalimat yang diucapkan oleh anak-anak dari 7 orang penjelajah yang mencari Pulau Impian. Nama-nama mereka adalah Mario (anak dari Guntur) yang juga merupakan sponsor dalam pelayaran kami, Cobra (anak dari Dana) yang merupakan teknisi kapal, Bagas (anak dari Ilmi) yang berkerja sebagai nahkoda sekaligus navigator, Riki (anak dari Indra) yang bertugas sebagai doter, Rico (anak dari Yusuf) yang bertugas sebagai teknisi, Handi (anak dari Wahyu), yang adalah seorang koki, dan Asahi (anak dari Lee) yang bertugas sebagai teknisi bersama Cobra dan Rico.
Saat melepas kepergian mereka aku masih berharap untuk dapat berjumpa kembali.

Selasa, 25 Desember 1816
Tiba-tiba di tengah perjalanan…
Teng teng teng…
“Bahaya, ada bajak laut!” teriak Asahi. Seketika kami terhentak oleh teriakan Asahi. Langsung saja kami bentangkan layar kapal selebar-lebarnya. Namun kapal-kapal bajak laut tersebut telah mengepung kapal kami. Kemudian kami dibawa ke sebuah pulau, yakni markas bajak laut tersebut.
“Sekarang kita apakan mereka?” ucap salah satu anggota mereka.
“Sebaiknya kita jual saja mereka ke kota. Dengan begitu kita akan mendapat uang,” ujar bajak laut lainnya.
“Kalau begitu kita akan pergi ke kota besok pagi,” ujar sang kapten.
Ketika malam tiba kami mulai merencanakan unttuk kabur dari para bajak laut. Ketika bajak laut tersebut tertidur kami berusaha lolos melalui jendela dan berlari menuju pelabuhan. Kami sempat mencari-cari kapal kami yang tertutup oleh kapal-kapal besar milik bajak laut. Tak seberapa lama setelah kami menemukan kapal kami, langsung saja kami menaiki kapal tersebut dan membentangkan layar selebar-lebarnya.
Ternyata beberapa anggota bajak laut mengetahui tentang pelarian kami. Langsung saja mereka mengejar kapal kami. Tiba-tiba saja kapal kami dan kapal para bajak laut tersebut diterjang badai yang sangat besar hingga kami terpisah dengan mereka.

Rabu, 26 Desember 1816
Hari inilah kami menemukan pulau yang selama ini kami cari. Bagas langsung membangunkan kami semua dan memberitahukan bahwa di depan ada sebuah pulau. Ketika kami menginjakkan kaki di pulau tersebut Bagas langsung mengelilingi pulau yang tidak terlalu besar itu dan membuat petanya.

Selasa, 10 Februari 1817
Kami berniat untuk kembali ke pulau asal kami. Namun penduduk asli pulau ini menangkap satu per satu dari kami hingga yang tersisa hanya aku. Diam-diam aku bersembunyi di hutan dan pada malam hari aku pergi untuk kembali ke Pulau Laruku juga untuk mencari bantuan.

Selama bertahun-tahun kapal itu terombang-ambing di lautan sampai akhirnya terdampar di suatu pulau. Beberapa penduduk yang penasaran yang membongkar isi kapal itu nyaris tidak dapat menemukan apapun. Mereka sempat sepakat untuk mengarungkannya lagi ke laut untuk membuangnya sampai saat orang terakhir yang turun dari kapal berteriak,”Hei! Kemari kalian semua!! Lihat yang kudapat ini!!!”
Sebuah buku harian ditunjukkan oleh orang itu. Dia menemukannya di samping kerangka seorang pria yang diduga mati karena kekurangan air. Langsung saja kabar tersebut menjadi berita utama di pulau asing itu. Judulnya, Kapal dari Masa 200 Tahun Silam.






























































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































Tidak ada komentar: